(0752) 71150 [email protected]

Oleh : Aiza Iflahun Najiha Siregar

Aiza Iflahun Najiha Siregar

 
Kenapa banyak orang mudah terjerumus ke dalam maksiat dan dosa ?

Ternyata penyebabnya adalah karena mereka hanya berpegang pada asumsi bahwa Allah itu Maha Baik dan Maha Pemurah, tanpa memahami aspek-aspek lain seperti keadilan dan kebijaksanaan-Nya. Hati kecilnya berkata, “Sekarang Aku bermaksiat, setelah ini aku segera bertaubat, kan Allah maha pengampun, Allah kan Maha baik juga, Allah tidak akan menyegerakan hukuman dan adzab.” begitu lah kurang lebih nya suara hati seseorang yang sudah mulai tergoda bisikan syaitan.

Ini adalah tipuan syaitan, dengan tipuan ini syaitan telah membinasakan banyak hamba-hamba Allah…, memudahkan mereka terjerumus dalam kemaksiatan, menjadikan mereka memandang remeh dosa-dosa, karena dengan alasan “Allah maha pemurah dan maha pengampun”.

Allah berfirman

يَا أَيُّهَا الإنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ (٦)

Hai manusia, Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah. (QS Al-Infithoor : 6).

Sebagian salaf menafsirkan ayat ini dengan menjelaskan bahwa diantara sebab seorang anak Adam durhaka dan bermaksiat kepada Allah adalah terpedayanya dia dengan baiknya Allah.

وقيل للفضيل بن عياض: لو أقامك الله سبحانه يوم القيامة، وقال: ما غرَّك بربك الكريم، ماذا كنت          تقول؟

قال: أقول: غَرَّنِي سُتُوْرُكَ الْمُرْخَاةُ

Dikatakan kepada Al-Fudhoil bin ‘Iyaadh, “Seandainya Allah menyidangmu pada hari kiamat dan berkata : “Apakah yang membuatmu terpedaya sehingga durhaka kepadaKu”?. Fudhail berkata, “Aku berkata, “Tirai-Mu yang Engkau ulurkan” (Zaadul Masiir li Ibnil Jauzi 4/411 dan Tafsir Ibnu Katsir 8/342)

Maksud Fudhail rahimahullah, yaitu sebab maksiat adalah baiknya Allah yang menutup aib-aib hambanya, seperti tirai yang diulurkan yang menutupi dosa-dosa hamba dari pandangan manusia. Seandainya setiap dosa dibongkar oleh Allah maka tidak akan ada yang berani bermaksiat karena malu. Akan tetapi –dengan kebaikanNya- Allah menutup aib-aib mereka.

وقال أبو بكر الوراق: لو قال لي: {ما غرك بربك الكريم} لَقُلْتُ: غَرَّنِي كَرَمُ الْكًرِيْمِ

Abu Bakar Al-Warrooq berkata, “Kalau seandainya Allah berkata kepadaku, “Apa yang membuatmu durhaka kepada Rabbmu Yang Pemurah/Baik”?, maka aku akan berkata, “Aku terpedaya dengan kebaikan Dzat Yang Maha Baik/Pemurah” (Tafsir Ibnu Katsir 8/342)

Seseorang yang bermaksiat terkadang dan sering tetap saja diberi kenikmatan oleh Allah, hal ini terkadang menjadikannya lupa sehingga menyangka bahwa ia akan terus aman mendapatkan kebaikan Allah meskipun ia tetap bermaksiat. Maka sungguh ia telah terpedaya.

Seharusnya seseorang berkata kepada dirinya :s

–Tidakkah engkau takut mendapatkan su’ul khatimah?, meninggal dalam kondisi bermaksiat?. Bukankah telah banyak orang yang meninggal dalam kondisi sedang bermaksiat kepada Allah..

– Memang Allah maha pengampun, akan tetapi lupakah engkau bahwa adzab Allah dan siksaanNya sangatlah pedih…??

– Siapa yang bisa menjamin dirimu bahwa setelah engkau bermaksiat engkau akan segera bertaubat?? Justru bisa jadi engkau malah terus berlezat-lezat dalam kemaksiatan…

– Kalaupun engkau akan bertaubat setelah bermaksiat, siapa yang bisa menjamin bahwa engkau masih diberi sisa umur setelah bermaksiat untuk bertaubat…?

Tipu daya syaithan tidak memandang siapa yang akan ia goda, mulai dari status sosial,jabatan yang tinggi,atau pun orang terkaya sekalipun.Selagi dia umat muslim/hamba nya Allah,ia akan terus menerus menggoda nya bahkan org alim sekalipun.

Maka dari itu,jaga lah diri kita dari rayuan dan tipu daya syaitan,jangan pula kita berbuat maksiat dengan berlandasan bahwasannya allah yang maha pengampun,maha penyayang,maut tidak ada yang tau,bisa jadi saat mengerjakan kemaksiatan di situ ajal di jemput?,ataupun jika kita bertaubat,apakah taubat kita langsung di terima oleh Allah?

Seseorang berbuat kemaksiatan berlandasan bahwa allah maha pengasih dan maha pengampun di karenakan ketidaktahuan atau kelemahan pemahaman tentang bagaimana hubugan antara rahmad dan keadilan Allah berjalan.Ketika ingin melakukan kemaksiatan / dosa dengan imingan “Allah maha pengampun dan pengasih.”jangan lupa bahwa Allah juga maha adil.penting juga kita untuk memahami bahwasannya rahmad Allah bukan lah “IZIN” kita untuk melakukan dosa tanpa perasaan bersalah.justru sebaliknya,rahmad Allah lah yang harusnya membawa kita untuk merenung,bertaubat,dan memperbaiki diri untuk jadi lebih baik lagi.

Dalam hal ini, seorang muslim harus menjaga keseimbangan antara rasa takut kepada azab Allah dan harapan akan rahmad-NYA.Yang inti nya, rahmad Allah adalah anugrah yang tak ternilai harga nya,yang seharusnya mendorong setiap umat manusia untuk selalu bersyukur dan memperbaiki diri,bukan menjadikan rahmad-NYA,untuk menjadi pintu gerbang melalukan kemaksiatan ataupun menjadi pintu gerbang melalukan apa yang di larang oleh NYA.Manusia harus bijak dalam memanfaat kan luas nya rahmad Allah dengan tidak terperdaya dan mngenggap bahwa segala sesuatu tidak dapat diterima tanpa usaha.Dan kita harus menanam kan dalam diri kita bahwa rahmad Allah adalah motivasi kita untuk bertaubat,melakukan amal shalih,dan meningkatkan kualitas hidup spiritual kita.

Semoga kita semua bisa selalu berada dalam rahmad Allah yang luas dan tidak terpedaya oleh kebesaran-NYA,tetapi buatlah rahmad-NYA sebagai jalan menuju kebaikandan kebahagiaan dunia maupun akhirat. (AINS)